BLOGGER TEMPLATES - TWITTER BACKGROUNDS »

Alief Art Production

<< Mencari -- Memberi -- Menerima >>

Pencarian

Selasa, 28 Agustus 2012

Kenduri Teater Jombang, Kenduri Cinta
















Kenduri Teater Jombang, Kenduri Cinta
Oleh: Purwanto
Dimuat Serambi Budaya Radar Mojokerto │ Minggu, 15 Juli 2012


Ada sejarah baru terangkum di atas panggung ketika acara Kenduri Teater Jombang 2012 digelar pada beberapa waktu lalu [30 Juni 2012 s.d. 5 Juli 2012]. Sejarah itu terbaca pada sederet peristiwa yang muncul dari bertemunya gagasan untuk menggairahkan seni teater di Jombang. Tercatat tiga komunitas teater Jombang berpartisipasi pada acara tersebut. Komunitas Suket Indonesia, Komunitas Tombo Ati, dan Kelompok Alief Mojoagung memeriahkan acara dengan aksi pertunjukan drama masing-masing.

Sejarah #1: Pertemuan Gagasan

Sejarah pertama yang bisa saya catat adalah tentang bersatunya gagasan. Berawal dari pertemuan Anton Wahyudi (pegiat seni dan dosen sastra STKIP PGRI Jombang) dengan beberapa komunitas teater Jombang, muncullah ide untuk mengadakan pentas teater bersama. Setelah gagasan-gagasan itu mencuat, Mas Anton selaku penggagas acara segera ditunjuk sebagai pimpinan produksi.

Penyatuan ide pun dilakukan dalam forum cangkrukan, ngopi dan ngrumpi bareng. Terhitung tiga kali cangkrukan di gazebo Pak Imam Ghozali, perwakilan dari tiga komunitas teater Jombang yang siap berpartisipasi menyepakati beberapa hal. Pertama, pentas dilaksanakan secara sederhana dengan mengusung tema Kenduri Teater Jombang. Kedua, kesepakatan tentang jadwal pementasan yang dilaksanakan pada malam hari selama dua hari berturut-turut untuk satu komunitas (kecuali Komunitas Suket Indonesia yang hanya satu kali pementasan). Ketiga, kegiatan digelar di gedung Graha Besut Suara Jombang FM, Jalan Patimura 92 Jombang. Keempat, pembiayaan dan akomodasi ditanggung oleh ketiga komunitas sebagai wujud kerukunan bersama. Kelima, pementasan digelar sekaligus dalam rangka menyambut Ramadan dan mengukur minat konsumen teater Jombang terhadap suatu pertunjukan drama.

Sejarah #2: Mengalirnya Peristiwa Sosial dalam Pertunjukan

Setelah semua rencana disepakati bersama, seluruh komunitas penyaji sibuk dengan aktivitas latihan di sanggar masing-masing. Latihan rutin dilakukan agar bisa menyuguhkan sebuah pertunjukan yang benar, apik dan menarik. Akhrinya, tiba juga saat pementasan. Komunitas Suket Indonesia dengan naskah berjudul PET (Di Luar Masih Gelap), ditulis dan disutradarai oleh Andhi Kephix. Komunitas Tombo Ati dengan naskah Beruang Menagih Hutang (The Bear), karya Anton Pavlovich Chekhov dan disutradarai oleh Alfi Rizqoh. Kelompok Alief Mojoagung dengan naskah Surya Terbenam Pagi (Bapak, Pukullah Saya!), ditulis dan disutradarai oleh M. S. Nugroho.

Andhi Kephix dengan drama PET (Di Luar Masih Gelap) mencoba mengangkat pergolakan batin dan nurani seseorang tentang masa lalu yang menghantuinya dan tentang peristiwa yang menyentil persoalan-persoalan sosial dalam negeri. Alfi Rizqoh dengan drama Beruang Menagih Hutang (The Bear), mengalirkan sebuah pemahaman tentang cinta dan kesetiaan dalam hidup serta lemah/ kuatnya sebuah prinsip. M. S. Nugroho dengan drama opera Surya Terbenam Pagi (Bapak, Pukullah Saya!), menghadirkan peristiwa kekerasan dalam dunia pendidikan yang bisa dimaknai secara beragam (tentang arti sebuah kebenaran).

Sejarah #3: Mengendapnya Peristiwa sebagai Perenungan

Peristiwa-peristiwa sosial yang dimunculkan di atas panggung sebagai tolok ukur untuk bisa diresapi sebagai bahan perenungan diri. Itu yang saya rasakan. Dari ketiga pertunjukan yang telah digelar, kesemuanya mengendapkan banyak pemahaman tentang seberapa kacau kondisi di sekeliling kita. Tentang kondisi pemerintahan, pendidikan, lingkungan keluarga, masyarakat, dan bahkan kondisi pribadi sosok manusia.

Kematangan dalam berpikir seakan-akan diuji saat mencerna ulang peristiwa-peristiwa panggung sebagai bahan perenungan. Setidaknya ada beberapa peristiwa yang saya tangkap untuk melatih kepekaan saya. Dari pilihan konsep pementasan drama PET yang diusung oleh Komunitas Suket Indonesia, teror tentang kegelapan hidup serta kacaunya arah tujuan hidup dalam pertunjukan masuk meresap pada seluruh penjuru nalar saya. Arti cinta dan kegamangan dalam mempertahankan kesetiaan mengucur deras ke dalam diri saya saat melihat pertunjukan The Bear (Beruang Menagih Hutang) oleh Komunitas Tombo Ati. Pertemuan dua realitas (kebenaran faktual dan fiksional) mau tidak mau memberi pelajaran berharga bagi saya saat meleburkan diri dalam pertunjukan Surya Terbenam Pagi (Bapak Pukullah Saya!) oleh Kelompok Alief Mojoagung. Setidaknya semua peristiwa itu akan saya serap untuk belajar memahami persoalan tidak dengan kacamata kuda, namun lebih objektif belajar memandang dan menilai sebuah peristiwa.

*Aktif di Kelompok Alief Mojoagung dan aktif sebagai mahasiswa Prodi PBSI STKIP PGRI Jombang angkatan tahun 2009.